Mesin Pencari

Senin, 08 Oktober 2012

Gerakan "Ibu Peduli Anak Bangsa"


Assalamu'alaikum..
Para ibu yang dicintai Allah SWT, mari bergabung dihalaman ini sebagai sarana sumbangsih kita untuk generasi penerus bangsa. Bukankah kita ingin anak kita sukses dimasa depannya?? dari sinilah pancingannya, dengan kita peduli anak oranglain yang membutuhkan bantuan kita, maka Allah pasti peduli dengan anak kita sendiri.
Tidak ada kata untuk menolak ataupun bilang tidak ada yang 

bisa diberikan.. PASTI ada dan BISA, karena apapun dan bagaimanapun bentuk bantuan yang kita berikan pasti bernilai dimata Allah SWT. yuuuk kita niatkan untuk membantu anak bangsa ini diawalali dengan klik "LIKE" pada halaman Gerakan "Peduli Anak Bangsa"
Dengan Basmallah semoga Allah mempermudah niat dan jalan kebaikan ini. Amiin


      Berawal dari obrolan santai dengan sesama ibu.. saat itu saya sedang menunggu dua putra saya yang bersekolah di TK, putra pertama di kelompok B dan putra saya yang kedua di kelompok A.
Kami bicarakan masalah ekskul di TK ternyata cukup banyak ya...dan tiap ekskulnya dikenakan biaya administrasi. Ya hal itu memang sempat jadi hot news dikalangan para ibu yang mengantar anaknya.
      Saya berbincang dengan salahsatu ibu berjilbab yang saya sebut "Ummi Riva"(nama disamarkan) "Ummi...gimana dengan anak-anak dibelakang sekolah ini ya..kalo bayaran TK aja uda lumayan membuat kita menghela nafas..." Ummi Rivanpun menjawab dengan antusias.."coba aja bunda liat anak sekitar sekolahan ini berapa persen yang masukin anaknya di TK kita.." Belum sempat saya menjawab beliau sudah berkata " ngga banyak bun..karena TK ini termasuk yang bayarannya lumayan mahal dan bagi keluarga yang prasejahtera dilingkungan ini tidak sanggup menyekolahkan anaknya disini.
      Saya semakin penasaran kenapa sebegitu yakinnya ummi berkata demikian. Dengan menggebu Ummi pun menjelaskan bahwa banyak anak yang sangat membutuhkan pendidikan PRA SD. Saya pun penasaran "buktinya apa ummi??" Ummi Riva menjawab " Buktinya saya membuat PAUD atas desakan para tetangga baru satu bulan berjalan sudah ada 40 siswa. "Subahanallah..." saya menggelengkan kepala tak percaya. Lalu ketika masih ada waktu menunggu sebelum bel pulang sekolah, saya menyempatkan untuk melihat PAUD tersebut.
      Ironis memang ketika saya ke PAUD rintisan ummi Riva, berbeda jauh dengan TK tempat putra saya bersekolah. Hanya satu ruang disalahsatu kontrakan, kondisinya panas, belum ada mainan, atau media apapun.. Ya saya sangat memaklumi itu, dan saya salut dengan ummi riva ditengah kesederhanaan beliau mau mengorbankan tempat ataupun mau mengajar anak-anak tersebut.
       Sepulang dari PAUD itu saya terus berpikir..apa yang dapat saya berikan untuk anak-anak penerus bangsa itu? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar